Satker OP SDA BWSS I Keruk Beberapa Sungai, Iskandar Rahim : Tahun Ini Kita Full Power Untuk Penanganan Banjir Manado

SULUT, SulutExpres.com – Untuk penanganan banjir di Kota Manado, Balai Wilayah Sungai Sulawesi I (BWSS I), Satker Operasi & Pemeliharaan Sumber Daya Air (OP-SDA), sudah dan sementara melaksanakan kegiatan pengerukan di beberapa sungai di wilayah Manado.

Demikian diungkapkan Kepala Satker OP-SDA Iskandar Rahim, saat dikonfirmasi media SulutExpres.com, di ruang kerjanya, Rabu (30/11/2022).

“Pertama, kita sudah lakukan pengerukan di sungai Tikala, sungai Tondano tepatnya di Jembatan Megawati (daerah muara), kemudian pengerukan di sungai mahawu yang saat ini masih berlangsung dan harapannya bisa selesai hari ini. Kemarin juga kita sempat melaksanakan kegiatan pengerukan di sungai sario tepatnya di Pasar Karombasan. Namun saat ini sementara alat dipindahkan dulu ke mahawu karena curah hujan cukup tinggi di sungai sario beberapa minggu terakhir. Setelah dari mahawu alat tersebut akan kembali lagi di sungai sario (sekitar pasar Karombasan),” beber Kasatker Iskandar.

Dijelaskannya, permasalahan utama penanganan banjir ini adalah sulitnya akses untuk alat mengambil sedimen di sungai.

“Kemudian, masalah juga seperti di Mahawu itu dimana alat agak sulit bergerak karena padatnya pemukiman, jadi sungai itu hanya selebar 3 sampai 4 meter saja, sehingga sangat kesulitan alat berat mengambil sedimen di daerah mahawu. Kalau di sungai sario itu efek curah hujannya cukup tinggi dan kadangkala air tiba-tiba langsung tinggi, jadi sangat beresiko bagi alat berat,” kata Iskandar.

Dia menuturkan bahwa, pertimbangan-pertimbangan ini yang menjadi kendala dalam meningkatkan kapasitas sungai terutama pengambilan sedimentasi sungai.

“Namun kita tidak menyerah dan kemarin kita coba lakukan exercise, kita melihat sungai sario agak tinggi dan kami pindah di daerah mahawu. Kebetulan kemarin masih relatif stabil tinggi air, namun hari ini kita targetkan sudah selesai di sungai mahawu, dan kemungkinan minggu depan sudah bisa lanjut lagi di sungai sario,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, pihaknya sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pemerintah Kota Manado dalam hal ini Wali Kota Manado yang sangat aktif membantu dalam penanganan banjir ini.

“Salah satu yang kami sangat apresiasi adalah membantu kami menurunkan alat berat di sungai Tondano (Jembatan Megawati). Jadi kemarin itu kegiatan rutin kami dan kami terbatas alat dan operator. Di samping kami menyediakan alat berat sendiri, Pemerintah Kota Manado juga berkolaborasi memberikan bantuan alat berat dan operator, tentunya ini sangat memudahkan kami,” ucap Iskandar.

“Pun kami sangat apresiasi kolaborasi ini terutama lahan-lahan yang relatif sempit, seperti di mahawu itu hampir semua stakeholder turun disitu, ada tokoh-tokoh masyarakat, kepala lingkungan, Lurah, Kepala Dinas PUPR Manado, BPBD, terkait lahan-lahan masyarakat yang sudah difasilitasi dipindahkan ke Pandu. Kendala-kendala sosial ini yang kami agak kewalahan, namun setelah berkolaborasi baik dengan Pemerintah Kota Manado memacu semangat kami untuk bekerja dalam membenahi terutama meningkatkan kapasitas sungai di Kota Manado,” sambungnya.

“Ada juga kegiatan yang berada di daerah embung Tikala. Disitu awal mula dari Pemerintah Kota Manado membantu kami dalam menyediakan alat berat. Di samping penyediaan alat berat, kordinasikan juga ke Lurah, Kepala Lingkungan di kawasan tersebut,” akunya.

Dirinya optimis dengan penggalian sedimen ini cukup meningkatkan kapasitas sungai. Sehingga apabila hujan relatif tidak terlalu besar, dengan pihaknya melakukan pengerukan sungai, maka bisa menampung tapi di luar kendali alam.

Untuk kedepan, dia berharap, kolaborasi ini bisa lebih baik lagi dengan adanya MoU antara Pemerintah Kota Manado, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan Balai Wilayah Sungai dalam menangani sungai-sungai di Kota Manado.

“Apalagi Kota Manado merupakan cermin Provinsi Sulawesi Utara, sehingga harapan kami Pemerintah Provinsi Sulut turut andil dalam menangani banjir di Kota Manado. Bagi kami koordinasi ini adalah hal yang baru, terutama di sungai-sungai sempit. Dan rata-rata memang belum pernah dijamah karena aksesnya yang sulit,” kuncinya.

(Egen)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *